Asal Menulis Bukan Berarti Menulis Asal-asalan
Menulis, saya sempat berpikir untuk berhenti
menulis, hari ini tiba-tiba kejadian 3 tahun silam tergiang ngiang di dalam
benak saya- kejadian dimana saya ingin sekali menciptakan tulisan setiap hari
dan ingin menerbitkan buku setara dengan umur saya saat itu, waktu itu saya
masih berumur 16 tahun, entah apa yang memotivasi saya hingga saya bisa terjun
ke dalam dunia tulis menulis-, kejadian itu muncul karena kurang lebih seminggu
yang lalu guru saya (guru yang pernah membimbing saya menulis) menngirimkan chat
di facebook, menanyakan apa saya masih menulis. Saya waktu itu langsung saja
menjawab tanpa pikir panjang “ agak jarang, soalnya konsen sama kuliah dan
hafalan qur’an,”. Tapi hari ini saya teringat kembali dengan kesadaran saya
untuk memulai menulis, saya menyadari bahwa bisa saja saya meninggal hari ini
atau bahkan bisa jadi satu jam kemudian, saya menyadari bahwa tulisan itu abadi
yang fana itu adalah ucapan, jika ingin dikenang dan tidak dilupakan caranya ya
satu, menulis.
Saya
menulis ini, padahal akhir-akhir ini saya jarang sekali membaca referensi buku.
Buku itu adalah salah satu cara agar tulisan itu terlihat berkualitas. Jarang
sekali saya menulis tanpa membaca sebelumnya, -jadi harap dimaklumi jika
tulisannya kurang berbobot-. Entah kenapa saya suka sekali membandingkan antara
tulisan yang berbobot dengan tulisan yang tidak berbobot. Terlihat begitu saja.
Bahkan seringkali ketika berbelanja ke toko buku, saya selektif sekali dalam
memilih buku, bahkan bisa berjam-jam.
Sebenarnya
saya masih amatir dalam tulis menulis, dan itu dimulai ketika 3 tahun yang
lalu. fokus saya awalnya hanya kepada puisi,
dan dari kemauan untuk menulis puisi dari situlah saya menemukan
kecintaan saya terhadap membaca, sebab sudah lama saya tidak membaca, entah
seperti asing begitu.
Dari
minat saya itu untuk menulis puisi, akhirnya saya tertarik untuk banyak
membaca. Dan darisitu saya mulai membandingkan tulisan saya dengan
tulisan-tulisan dibuku-buku yang pernah saya baca. Saya mendapat konklusi
kurang lebih begini: Semakin banyak membaca, semakin banyak pula informasi dan
pengetahuan yang diserap, dan semakin berbobotlah sebuah tulisan. Karena secara
tidaklangsung apa yang kita ketahui itu yang kita tulis.
Sebenarnya
tulisan ini saya buat untuk sekedar membiasakan saya untuk menulis lagi,
setelah sekian lama saya tidak menulis, terkadang saya merasa bahwa saya ingin
menulis ketika momennya lagi enak saja. Tapi sebenarnya itu salah, seharusnya begini,
meluangkan waktu dan menciptakan momen itu sendiri.
Saya
pernah membaca salah satu buku, tapi saya lupa itu buku apa, tapi ada kalimat
yang sangat membekas dalam benak saya kurang lebih kalimatnya begini,
“Seringkali penulis itu mengatakan ‘saya lagi ngak bisa menulis, belum dapat
inspirasi’ sebenarnya ketika seorang penulis mengatakan seperti itu, itu adalah
kesalahan terbesar, sebab inspirasi itu bukan ditunggu atau menunggu menemukan
momen yang pas, tetapi insipirasi itu ada dimana-mana, bahkan kehidupan
sehari-hari yang kita jalani, itu bisa diolah menjadi tulisan.” Kalau bahasa
saya, kurang lebih begini, penulis mempunyai kacamata berbeda dari orang pada
umumnya, ia bisa menemukan apa yang tersembunyi atau sesuatu yang sepele
-meskipun sebenarnya tidak boleh menganggap segala suatu hal yang sepele-.
Bersambung, To be continued...
Komentar
Posting Komentar